Biasanya saat kita percaya pada seseorang kita kemudian menjadi buta. Sesungguhnya kita sendiri yang memilih untuk menutup mata dari kenyataan yang mungkin berbeda dari yang kita harapkan. Apalagi jika ini menyangkut orang terdekat, perkara yang sederhana bisa mendadak jadi ruwet.
Kebohongan sekecil apapun adalah kebohongan. Meskipun mengatasnamakan kebaikan tapi tetap saja sebuah kebohongan. Setiap perbuatan seseorang pasti memiliki alasan rasional, yang mungkin akhirnya membuatnya memilih untuk berbohong. Dalam batasan pemikiran awam yang sewajarnya, tentu penjelasan akan sebuah kebohongan akan dapat dimengerti dan kemudian dapat dijadikan pembelajaran. Namun ada sebagian orang yang sepanjang hidupnya penuh dengan kebohongan sehingga ia tidak lagi mempunyai penjelasan rasional atas perbuatannya. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang gigih dan sangat pandai bersandiwara. Meski berkali-kali ketauan, dikucilkan dan menjalani hukuman, kebohongannya akan kembali terulang. Percayalah, ada orang-orang yang memang tidak mau berubah.
Kejujuran dan kebohongan sama-sama berkembang membentuk spiral yang semakin meluas. Karena satu kebohongan harus ditutup dengan kebohongan yang lain dan demikian seterusnya.
Saya yakin bahwa tidak ada orang yang tidak pernah berbohong. Tapi saya juga percaya bahwa orang-orang yang sering mengungkapkan kebohongan akan terus melakukan hal yang sama seumur hidupnya.
Hati kecilmu selalu tau mana orang-orang yang jujur dan tidak, kapan kamu bisa percaya pada seseorang dan kapan keadaan mulai mencurigakan. Kenyataan ada di depan mata, jangan mengingkarinya, jangan membohongi hatimu sendiri. Kamu yang tentukan sejauh mana harus mentoleransi sebuah kebohongan.
April 22, 2009
Kebohongan, Perlukah Toleransi?
2009-04-22T22:14:00+07:00
Anonymous
moveon|