Dalam tragedi ini, membuat saya terpikir tentang dasar dari sebuah konsep perjuangan. Karena kita bisa saja berjuang menyuarakan Hak Asasi Manusia sampai ke tahap international, tapi pada saat yang sama suara kita di bungkam paksa oleh sekelompok fundamentalis.
Ketika kita sedang menyuarakan anti diskriminasi tapi pada saat yang sama kita pun mendiskriminasi diri kita sendiri karena tidak tahan pada ancaman ancaman dari kelompok fundamentalis. Lalu apa yang kita perjuangankan? Kita bisa ikut semua konferensi dari tingkat local sampai international, memperbesar semua kapasitas diri kita. Tapi apa itu semua berguna, seperti mengisi seember air di sebuah cangkir kecil?
Di dalam kamar hotel Oval dengan situasi sendirian, takut, panic, terintimidasi, dan kelaparan, banyak hal dalam pikiran saya yang membawa pada sebuah pernyataan ”saya tidak pantas diperlakukan seperti ini!”
Sampai kapan hak hak saya diperkosa oleh kelompok fundamentalis atas nama agama? Karena agama bagi saya adalah kesucian, dan tidak mungkin sesuatu yang suci bisa memperkosa secara kotor.
Jadi ini lah sikap saya :
“ Anda berhak tidak setuju dan tidak mengerti dengan pilihan orientasi seksual saya, dan saya berhak di perlakukan sama dengan anda dalam segala titik kehidupan. “
Mari berjuang untuk PERSAMAAN.