
Perang, dari jaman kuda gigit besi, sudah jadi kebudayaan dunia. Walaupun mungkin banyak di antara kita yang tidak pernah mengalaminya, tetapi kita pernah tau dan mendengar cerita dan kisah perang Bharata Yudha, perang kemerdekaan, perang salib, perang sabil, perang bintang sampai perang dingin – sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya sama es atau kulkas.
Perang timbul karena tidak adanya kesepakatan untuk berkompromi. Dalam sebuah peperangan diperlukan konflik dan keegoisan dari orang-orang yang terlibat di dalamnya. Konflik yang tidak selesai, apalagi ditambah dengan provokasi yang berlebihan akan terus memicu peperangan. Diperlukan kesadaran tinggi dari semua pihak dalam bersepakat untuk menuntaskan sebuah peperangan, tapi kadang kala perang tidak akan selesai jika salah satu dari pihak yang terlibat tidak mengaku kalah.
Pada skala terkecil, setiap manusia pasti pernah juga mengalami perang yang terjadi di sekitarnya. Entah itu berperang menghadapi permasalahan hidup ataupun sekedar perang urat syaraf di tempat kerja bahkan perang dingin dengan partner tercinta. Pada dasarnya, di dalam setiap diri manusia ada komponen ’samurai’ di dalam dirinya (ingat Musashi?), yang membuatnya beranggapan bahwa kita harus bersiap siaga dalam segala keadaan agar bisa menghadapi setiap kemungkinan yang datang. Istilah bersiap siaga itulah salah satu terminologi yang sering dipakai dalam persiapan peperangan. Ini masalah menang atau kalah. Kita memang harus bersiap siaga karena hanya ada dua kemungkinan yang terjadi kita tertebas atau kita menebas, analogi dari menang atau kalah tersebut di atas. Kita tertebas oleh permasalahan yang kita hadapi atau kita menebasnya terlebih dahulu. Kita bisa menaklukkan kesulitan yang kita alami atau kesulitan yang akan membuat kita takluk menyerah tidak berdaya.
Tidak banyak orang yang menyadari bahwa peperangan yang terdahsyat di sepanjang hidup manusia adalah peperangan di dalam dirinya sendiri. Perang melawan musuh terbesarnya, yaitu dirinya sendiri. Perjalanan dan peperangan yang tersulit dan terpanjang yang dilakukan oleh manusia adalah perjalanan mencari solusi antara nurani dan akal pikirannya.
Berperang melawan diri sendiri adalah pertandingan dahsyat untuk mengalahkan semua rasa ketakutan, keenganan, keangkuhan, kesombongan, iri hati dan dengki serta semua rasa negatif yang menghambat kemajuan diri. Keberhasilan mengalahkan diri sendiri adalah buah dari pergumulan atas semua kegamangan dan ketidak-pastian dengan keinginan diri. Keberhasilan mengalahkan diri sendiri tidak bisa tidak harus membuat manusia jujur terhadap niat dan nuraninya, dan memelihara atau menjaga agar nurani dan niatnya tidak tercemar – tidak ternoda. Ia bertanding dan melawan dirinya sendiri jadi ia tidak bisa tidak harus bermain jujur, tidak bisa curang. Ia tidak perlu bermain curang karena kecurangan itu adalah usaha menipu dirinya sendiri. Jika ia menipu dirinya sendiri maka ia tidak bisa menerima diri pribadinya sendiri secara apa adanya. Dan karena tidak bisa menerima diri sendiri apa adanya maka ia tidak bisa menang melawan diri sendiri.
2 Comments:
OK banget tulisan ini. Kalau gw mendengar org dengan mudahnya mau bunuh diri, males aja.. Dikasiani koq nga kasian, simpati jg nga simpati.. Apalagi mau bunuh diri cuman karena CINTA..hiii.. dah kayak di pilem2 aja.
Well you never know what love can do.. and what you can do for love..
Post a Comment