December 20, 2010

Laporan dari Pemutaran Film "JERMAL" dan diskusi


Tgl : 17 Desember 2010
Tempat : Newseum Café (jl. Veteran I/30 (dekat stasiun Gambir, belakang Mesjid Itiqlal), Jakarta)
Jam : 15.00- 18.30

Dalam rangkaian hari HAM (10 Desember) Herlounge, Woman Economic Justice Alliance, Indonesia Berdikari, Kartini Network dan Federasi Apik mengadakan Pemutaran Film “JERMAL” karya Rayya Makarim dan Ravi Bharwani. Dilanjutkan dengan diskusi dengan tema “Perbudakan Abad 21”, yang di moderator oleh Eko Maryadi, pembicara Maria Hartiningsih dan Firliana Purwanti.

Disini saya tidak akan menulis tentang film Jermal karena teman teman bisa bertanya sama mba Google tentang review film ini, dan akan di sodorkan dengan begitu banyak informasi tentang film yang super duper bagus ini. *WAJIB di TONTON, dan jangan bajakan yaaaaaa… ^^*

JERMAL sendiri adalah sebuah bangunan penangkapan ikan di tengah laut sekitar 3-4 jam perjalanan dari tepi pantai, yang terbuat dari kayu, sangat rawan sebab tidak dilengkapi dengan alat pengaman seperti pelampung dan obat-obatan. Bila jermal suatu saat rubuh terkena ombak besar atau badai, keselamatan buruh jermal ini sangat terancam dan tergantung pada nasib baik.

Dan para pekerja di JERMAL adalah buruh anak dibawah usia 14 tahun, dimana hak mereka untuk mendapatkan perlindungan, pendidikan, keselamatan, kasih sayang terenggut secara paksa. Bahkan tingkat pelecehan seksual cukup tinggi di atas JERMAL.


Dalam diskusi ini Maria Hartiningsih banyak memberikan fakta fakta serta mengupas film JERMAL dari sisi Seksualitas para buruh anak JERMAL, dimana anak anak kecil ini dibilang sebagai “anak gadis kami” oleh para pekerja yang lebih dewasa (diatas 17 thn).

Yang lebih menarik adalah sebuah fakta dimana tingkat persentase pekerja anak di atas JERMAL ini turun, karena keberadaan mereka di gantikan oleh faktor mesin (industrilisasi), bukan karena kesadaran akan Hak Asasi Manusia. Dan hal ini merupakan sesuatu yang kerap terjadi, seperti Inggris yang pada awalnya menghapuskan Perbudakan karena ada Revolusi industri, bukan pada kesadaran akan Hak Asasi Manusia.

Firliana Purwanti menganalisa adegan dimana JAYA sang pemeran utama, yang lemah, suka membaca, dan selalu di tindas oleh kelompok anak anak yang lebih senior. Bisa membalikkan keadaan dimana dia merubah kelompok penindas nya menjadi teman dengan kemampuan dia membaca dan menulis. Yang mengartikan bahwa segi Maskulinitas itu tidak selalu identik dengan OTOT, tapi juga bisa dengan OTAK.

Saya teringat sebuah cerita, dimana seorang aktivis HAM mengadakan aksi lapar berhari hari di lapangan Tian An Men (Cina) berharap untuk bisa bertemu dengan Presiden Cina pada saat itu, dan hasilnya adalah NOL BESAR, dia hanya kelaparan dan tetap tidak ketemu dengan presiden. Tapi ketika seorang Bill Gates (you know who… ^^) datang ke Cina, presiden cina sendiri yang datang ke hotel tempat Bill Gates menginap! Dan ini tanpa Bill Gates perlu berdemo menahan lapar.

Jadi saya membayangkan seorang LESBIAN Indonesia, yang sejajar segalanya (bahkan melebihi) seorang Bill Gates + Obama. Saya rasa para fundamentalis atau bahkan presiden Indonesia tidak akan berkoar koar soal moral, adat budaya dan agama. But they are all kissing our ass!

SELALU ADA HARAPAN UNTUK INDONESIA BARU.



Saya juga mengundang teman teman untuk datang ke Pameran buku, film dan kerajinan tentang dan oleh Perempuan yang berlangsung dari tanggal 17 – 23 Desember 2010 di tempat dan jam yang sama.

Lalu pada tanggal 23 Desember 2010 akan ada Pemutaran Film “Minggu Pagi di Victoria Park” karya Lola Amaria. Dilanjutkan dengan dikusi dengan moderator Amalia Pulungan dan Pembicara Nursyabani Katjasungkana serta Mariana Amirudin.

Semua acara adalah GRATIS, dan saya percaya begitu banyak hal yang bisa kita dapatkan dari diskusi yang cerdas tapi fun, dari pada diskusi di café kopi yang fun tapi hanya gosip dan drama tentang percintaan.




Vien.

Acara dan pameran juga didukung oleh Kalyanashira, Yayasan Jurnal Perempuan, Debt Watch , YSIK,Voice of Human Rights Radio, Penerbit Komunitas Bambu, Komunitas Jadoel (Warung Barang Antik), dan JIVE Production.

Tweets me : Vien_Tanjung