Showing posts with label health-sex. Show all posts
Showing posts with label health-sex. Show all posts

April 01, 2010

Are you at higher risk of developing breast or cervical cancer?

Being a lesbian does not directly influence the frequency of these cancers. But there are certain risk factors that are particularly prevalent among women who love women. For that reason, it’s important to be informed.

The  fear of homophobic reactions or use contraception less frequently and therefore less likely to see medical professional and often hesitate to talk about their emotional or sexual lives, make Lesbian less likely other women to undergo screening examinations (mammograms or pap smears) that would allow early detection of possible breast or cervical cancer.
Social and family pressures to Lesbians can result a depression that made them pay less attention to their health, and reluctant to regularly self-examination their breast. It’s also result in overweight and overindulge in alcohol and tobacco that increases the risk of breast and cervical cancer. And also make the risk even higher, because Lesbians are less likely to have children before the age of 30.

Loving yourself as a lesbian or bisexual woman also means taking care of yourself and watching your health!

November 17, 2009

Week 4 - Sexuality Curiosity: can lesbian relationship saved the disappointments of men?

Minggu ini Vien dan Momo bertukar hari tayang karena kebetulan Vien harus mengurus sesuatu hal sepanjang minggu ini, jadi daripada nanti ngga sempet bikin video buat kalian mending ditukar jadwalnya so kalian bisa tetep menikmati semua videonya.

This week we're discussing about Sexuality Curiosity based on a friend's situation regarding her disappointments to men and now she wanted to try exploring her feelings to women.

Questions of the week:
  1. Dengan alasan kecewa sama cowo dan kepingin nyoba sama cewe apakah sebaiknya di encourage untuk eksplorasi feelingnya/ngga?
  2. Selama ini perempuan yang memutuskan jadi lesbian karena alesan dikecewain sama cowo kisah selanjutnya gimana?
  3. Apakah hubungan lesbian bakal lebih baik dari hetero?
  4. Let say si X pingin tetep ngejalanin jd lesbian/bisexual, apa yang harus dia lakuin to find her first date? And of course hopefully finding a good one..
Apa pendapatmu?

June 18, 2009

Sex satu arah, sebuah pola pikir yang salahkah?

Banyak kasus dalam hubungan lesbian, tidak semua, sex terjadi hanya satu arah, yaitu dari partner yang dominan ke partner yang sub dominan. Hal ini terjadi terlepas dari dominasi label tertentu.

Yang dimaksud sex satu arah disini adalah yang satu hanya melayani dan yang lain hanya dilayani. Pola pikir ini terbentuk dari budaya lingkungan atau komunitas sekitar. Biasanya yang menjadi tersangka utama adalah mereka yang berlabel Butch, seperti yang pernah dituliskan di HerLounge sebelumnya, kasian para Butch tidak mau disentuh.

Satu hal yang seringkali dilupakan adalah bahwa sex pada dasarnya adalah tentang kenyamanan dan kebersamaan. Sex adalah berbagi. Berbagi hasrat dan rasa, meleburkan diri sebagai salah satu wujud rasa cinta. Kalau yang terjadi hanya satu arah, berarti ngga berbagi donk? Jika hal ini terus berlanjut, rasa nyaman perlahan akan pudar, dan akan menimbulkan masalah dalam hubungan.

Beberapa faktor seperti kurangnya rasa percaya diri, psikologis, dan kurang informasi, menimbulkan keyakinan pada pola pikir yang salah. Pola pikir ini harus berubah, bagi partner yang dominan bahwa dengan disentuh tidak akan merubah apapun dan bagi partner yang sub dominan bahwa dia berhak untuk menyentuh dan memuaskan pasangannya. Karena, sekali lagi, sex adalah kebersamaan dan berbagi.

Apakah kamu selama ini melakukan / mengalami sex satu arah dalam hubunganmu? Silahkan berbagi di komentar.

October 20, 2008

Perlukah "Safe Sex" Buat Lesbian?

Kebetulan sedang membahas tentang kesehatan seksual lesbian di hasil polling terakhir eh kebetulan juga nemu artikel yang lebih lengkap soal lesbian safe sex dari SepociKopi. What a luck! Silahkah klik disini untuk langsung membaca 'Perlukah Advokasi 'Safe Sex' Buat Lesbian' di halaman aslinya.

Semoga informasinya bisa membantu.

Ever heard of Female Ejaculation? This is a HOW to get one ;) Enjoy!

re-blogging from How To Guide For Female Ejaculation from The Femme's Guide

Believe it or not women can and do ejaculate…and women who honestly believe that they can’t-can be taught how. Personally, I was once one of the latter. I thought women were peeing not ejaculating…and then…(I bet you’ve already guessed)…someone proved me wrong by causing me to ejaculate.

And honestly, how embarrassing to the doubter to be not only proven wrong but left laying in a puddle blushing head to toe.

So, how can you tell if you’ve ejaculated? The obvious sign is a gush of wetness just before or during orgasm. Some women actually produce a spray or stream…

It is my belief (now that I am a female ejaculation convert) that all women can ejaculate…

It merely takes patience, practice, and a willingness to learn. So partner up and let’s get started (although for the very shy a solo run is very possible.) First comes exploration of the G-spot.

The g-spot is the spongy tissue of the paraurethral gland, which is similar to the male prostate. It is located about one to two inches back from the vaginal opening inside the front vaginal wall. (The same side as your belly button.)

You can explore your g-spot with your fingers or a curved dildo. I find it easier the first time to go with fingers because feeling the difference in texture in the vaginal wall is important. The area directly over the g-spot will feel bumpy or rough compared to the smoother surrounding area. Remember, smooth fingernails and lube are important…

And really, this step by step approach is going to read kind of dry, so remember…kissing, cuddling, massaging, teasing are all assumed as foreplay before you dive in…the g-spot is much easier to find when you (or your partner) are highly aroused…*wink*

Solo Practice:

Slowly insert one or two fingers into your vagina and make a “come hither” motion stroking the front wall of the vagina. Sometimes it helps to apply pressure from the outside with your free hand. Press down in the area just above your pelvic bone while simultaneously stroking the g-spot until you are feel like you are going to pee. (Don’t stop because you are getting close!) As you near orgasm, push a little and the stream of liquid that flows out is ejaculate.

Partner Play:

Face your partner while she is lying on her back and insert your index or long middle finger into her vagina about two inches. Then crook your fingers in a “come hither” motion, sliding your fingertip along the top of the vagina until you find an area that is rougher than the rest of that vaginal wall. If you don’t get an immediate response, don’t panic, sometimes direct pressure from the outside is needed to find the g-spot successful…and…every woman is different. Some women need soft touches, others harder touches, that’s where practice come in.

Be prepared:

The amount of liquid expelled during female ejaculation can vary from a teaspoon to a cup…and on bed sheets…that’s a lot of liquid. So have towels ready. Try to not be too disappointed if on first try there is little volume…the secret is to stroke the g-spot to “plump it up” and as you do create more fluid. Again. Practice makes perfect.

If you Google G-spot or Female Ejaculation…you will get a myriad of results. What you will not find are what comes from experience…

All of that play and exploration leads to over-sensitivity and it is not uncommon to feel “uncomfortable” the next day…especially if ejaculation isn’t achieved…because the fluid build up will be in that spongy area. Before I actually “learned” how to ejaculate, I thought I had a constant UTI from too vigorous play. Once I figured out that liquid build-up was the cause measures could be taken to not feel so tender and swollen. Now that I am an experienced ejaculator, if I feel that there is excess fluid it can be “milked out” with that same “come hither” motion, but usually I’ll just take a couple aspirin or Motrin after extended g-spot play.

Also, if you do experience frequent UTI’s make it a habit to urinate immediately after any play that involves lube and/or g-spot play.

Now it’s your turn, tell me your ejaculation stories…triumphs, failures, most embarressing moments…tricks to make it easier for a first timer…

October 19, 2008

Kasihan para butch


Image by lillycallin

Pemahamanku atas sebuah relasi aku anggap seperti orang kebanyakan. Sebuah relasi bagiku dituntut sebuah komitmen yang SALING dan hal ini berlaku untuk hal apapun. Komitman ini yang akan merekatkan kita sebagai pasangan tanpa harus mendorong siapa yang di depan, siapa yang belakangan. Aku mempercayai bahwa sebuah relasi yang dibangun dengan dasar kesetaraan akan membuahkan hasil yang membahagiakan. Menghargai pasangan kita sebagai manusia yang memiliki pikiran pun hati yang punya hak serta keinginan sehingga kita harus menghargai apa yang dimilikinya begitupun dia harus menghargai apa yang kita miliki. Itulah saling di mataku dan aku berusaha menjalankan hal tersebut dengan pasanganku hingga saat ini.

Aku dengan pasanganku baru menjalani relasi kami belumlah lama untuk sebuah hitungan waktu, 7 bulan, namun bagi kami yang menjalaninya banyak hal yang telah kami alami, kami bagi hingga kami utuh menjadi kami saat ini. Saat pertama kali menjalani relasi dengan pasanganku saat ini ada beberapa hal yang menarik yang aku alami. Aku selalu mendeskripsikan diriku adalah perempuan yang mencintai perempuan tanpa menggunakan label apapun. Pemahamanku atas sebuah label mungkin memang berbeda karena buat aku pribadi sebuah label adalah sebuah kotak dimana hal tersebut akan membuat kita terkurung dalam ruang tersebut tanpa bisa mengekspresikan diri kita. Pelabelan buat aku seringkali dipergunakan kebanyakan orang untuk mendominasi label yang lain, jadi cukuplah buat aku bahwa aku adalah perempuan yang mencintai perempuan. Nah, lalu apa yang menarik? Pada awalnya pasanganku masih mengenakan label yang dia lekatkan pada dirinya mungkin karena statement aku yang memberikan pandangan yang berneda pada dirinya dan kebetulan masuk dalam logikanya, jadilah dia mengikuti prinsip yang aku pegang bahwa kami adalah perenpuan yang jatuh cinta pada perempuan. Lalu apa hal itu mengubah semuanya? Belum, kawan… perubahan itu bukanlah suatu proses yang instant, sebuah prinsip yang baru kita pegang bukanlah satu hal yang mudah diterapkan, ada saat-saat pasanganku masih mengenakan labelnya saat bersikap padaku tapi pemahaman demi pemahaman aku bongkar bersama-sama dengan dia sehingga dia mulai paham apa yang aku maksud dengan relasi yang setara.

Ada satu hal yang menarik sebetulnya yang khusus akan aku lupas dalam tulisan ini dan kebetulan berhubungan dengan isu label. Hal ini berawal dengan hal yang kami alami saat kami pertama kali make love (aku menyukai kata ini karena maknanya dalam bahwa hal itu dibangun dengan sesuatu yang namanya cinta jadi buat aku hal tersebut dalam maknanya). Saat itu tanpa sadar pasanganku menggunakan labelnya tanpa dia sadari katakanlah dia memunculkan sisi butchi-nya yang berusaha memuaskan pasangannya tanpa mengindahkan dirinya pokoknya pasanganku puas dan aku berhasil memuaskan pasanganku, hanya sampai situ. Lalu, kami membahas hal tersebut setelah selesai (hahaha… terkadang kami mendiskusikan sesuatu setelah bercinta :p). Aku mempertanyakan kenapa dia begitu jaim, begitu menjaga dirinya saat bercinta, dia bilang karena dia ingin memuaskan aku, aku hanya tersenyum dan dengan tenang aku bilang wah butchi-butchi kaya gitu ya tapi kok aku pikir kasian banget ya mereka, pasangannya puas tapi dia ga dapet apa-apa, rugi banget! Dia terkejut. Ya, buat aku dalam bercinta pun saling itu harus diterapkan, ngapain jaim bahwa aku mampu memuaskan dan aku nanti aja (dengan wajah bangga bahwa berhasil memuaskan) tapi itu sebetulnya sebuah kebodohan buatku karena bercinta adalah sebuah kenikmatan apalagi bila kita bisa saling memuaskan tanpa harus membatasi dengan yang namanya label. Setelah kejadian tersebut pasanganku mulai membuka dirinya, mulai melepaskan stigma label yang pernah disandangnya. Dia berusaha melepaskan ego butchi-ini bahasaku :p. Kami mulai saling, melepaskan kasih sayang kami lewat persenyawaan kami yang begitu indah karena kami sama-sama utuh saling membagi dan melebur utuh. Tak perlu khawatir siapa duluan yang dapat, siapa yang lepas baju duluan toh kami ini satu dan kami satukan dalam persenyawaan kami.

Perbincangan ini tak berakhir di sini, dalam benakku masih berputar seribu tanda tanya kenapa butchi-butchi begitu enggan melepaskan dirinya saat bercinta, begitu mendominasi apakah ingin memunculkan sosok dominasi (dalam hal ini aku asosiasikan dengan laki-laki)? Ini masih terus menjadi tanya dan juga terselip rasa kasihan karena label tersebut membuat mereka tak bisa menikmati yang seharusnya berhak mereka nikmati. Kasihan para butch.

FemDom

Sabtu, 18 Oktober 2008 | 23:20 WIB

BALIKPAPAN, SABTU — Kantor Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (K3BN) Balikpapan akan menyosialisasikan alat kontrasepsi baru, femdom (female condom), kondom untuk perempuan.

"Rencananya akan disosialisasikan di lokalisasi Lembah Harapan Baru (LHB) KM 17," kata Kepala K3BN Yusuf Wahab di Balikpapan, Sabtu (18/10).

Pada 2008 K3BN menganggarkan untuk alat kontrasepsi seperti spiral (IUD), susuk (implan), suntik, pil, kondom, dan femdom sebesar Rp 200 juta.

"Sementara itu, anggaran keseluruhan, seperti membayar pegawai dan untuk acara sosialisasi, sebesar Rp 4,2 miliar," ungkapnya.

Yusuf menjelaskan, untuk jumlah keseluruhan sosialisasi penggunaan femdom, pada kenyataannya angka penggunaan kondom di Balikpapan masih rendah.

Dari data penggunaan tahun 2007, hanya 241 peserta KB yang bersedia memakai kondom, alat kontrasepsi yang paling banyak penggunanya adalah suntik sebanyak 5.735 peserta dan pil sebanyak 2.561 peserta.

Sasaran sosialisasi alat kontrasepsi bukan hanya kepada para pasangan usia subur, melainkan juga para pekerja seks komersial.

"Sebab, selain untuk mencegah kehamilan, alat kontrasepsi juga dapat menghindari penularan penyakit kelamin," ungkap Yusuf.

Femdom yang kini beredar di Balikpapan adalah produk dari DKT Indonesia. Kondom berbahan dasar lateks itu diimpor langsung dari India dan mempunyai busa atau spons yang tertutup untuk menyerap sperma.

Panjang kondom ini 17 cm dengan diameter 6,6-7 cm dan untuk mencegah bersarangnya penyakit, kondom itu juga mempunyai daerah segitiga yang elastis dan fleksibel.

Sumber : Kompas Online


PS: Apakah jika sesama wanita itu perlu? Lebih tepat dikatakan sebagai usaha pencegahan, demi kesehatan, demi kehigienisan.